wahai si pemilik mata,
di remang matamu yang luka,
ada penawar yang tak tawar,
menghunjam ia jatuh,
api pun bisa pudar,
cahaya lumpuh layuh,
hatiku karah jiwaku lelah,
pundakku perit dalam sujud aku menjerit,
dunia pun telah berpaling tadah,
bersama sama angin gasar yang melayangkan seribu kerambit,
bertekal tugu aku melagukan semboyan doa,
langit pun lalu menjadi cermin hati,
dan pada awan yang dilukai retaknya,
menitiskan darah dan amarah yang parah dan merah,
dan kita pun pasrahlah di medan abadi sebuah penghujung duka.
maafkan aku duhai si pemilik mata,
aku cuma punya kata kata,
ku gubah jadi sajak dan peluru peluru doa,
seupaya telah aku mencuba,
namun kemuncak takdir itu tetaplah bukan milik kita.
like :)
ReplyDeleteinzal gua baca puisi ni
ReplyDeleteahahaha,
ReplyDeleteaku inzal jugak.
kelas!
A1.
Terima kasih pada Hafiz Zaki, Adek juga Fauzi ya. Tak pernah lagi Lara bikin mana mana puisi sampai ada yang claim boleh inzal membacanya. I'll take that as a compliment, aye? Hihi. Thanks again.
ReplyDelete^ :3
ReplyDelete