mendung yang merundum,
meliar dengan rela, menguntum bagai sakit,
ya,menghitung hari-hari yang masih jauh.
kebebasan ini barah buat hati yang terantai.
bagai busur yang memanah tak pernah henti,
berkali-kali sakit, tak lelah mati.
ruang ini makin menyempit, melumpuhkan jasad-jasad,
sendi-sendi yang lipatnya kaku.
dan ribut ini, terus ditiup dari corong dada,
hingga purnama berikutnya tiba,
hingga mata bertentang mata.
kau perindu yang sakit?
ReplyDelete: )
LIKE
ReplyDeleteya, seperti kamu. mungkin?
ReplyDeleteterima kasih shazleeshahazeman dan cheqkam. hargainya. =)