Saturday, September 3, 2011

masih


untuk tawa dulu yang menggigit tiap cuping telinga
hingga terkait rasa
sesungguhnya,
di hari ketiga ini aku kembali rasa bernyawa

3 comments:

  1. saat duka duduk menghiba
    terbuka semua ingatan jendela
    adakah itu jadi siratnya
    mengenai apa yang anda rasa?

    ReplyDelete
  2. benar, duduk aku depan jendela
    bukan kerna meratap hiba
    tapi lebih kepada merelakan segala:)

    ReplyDelete
  3. ketika kamu berharap menjadi terbaik tetapi kamu hanya mendapatkan yang biasa. tetaplah syukur tidak di lupa kerana kamu bukan yang terburuk :)

    ReplyDelete