Siput itu tahu tahu takdirnya merangkak di seperpanjang batuan jalan. Ia tidak putus asa atau merasa lelah sia sia. Demi Kekasihnya telah menunggu di lain zaman dengan segala ketabahan.
Lebahpun melabuhkan punggungnya; mengalah, mengeluh. Mawar telah enggan mekar dan musim tetaplah berlalu tak memperdulikan waktu.
Melompatlah Belalang! Melewati padang, merentas rumput dan hijau ilalang. Sekuntum Peoni telah menunggumu, di bibir jendela di dalam ungu.
Hujan akan langsai dan yang mekar adalah Teratai. Kolam sentiasa menakung rindu. Wahai Katak, terjunlah kedalam mimpi mimpimu. Sebelum musim menjadi zalim dan Teratai berubah layu.
Kalkatu itupun tunduk menyerah di kaki Lilin; yang sama menangis kerna tak upayanya mereka. Harus bagaimana memeluk kekasih adalah dengan tidak membakarnya?
11/12/12
No comments:
Post a Comment