Kiam perdu rahim
menggadai mimpi
angkara kesumat
terbit fajar daerah
gurindam neraka- neraka kecil
syair merdu,halwa
peratap kematian
menyelinap silam
tersirap darah-darah nyilu
kian menjadi sungai tak bermuara
dingin kencang pendekar
mengatur langkah warisan
sesudah mentara seni
bertutur gagah tanpa pertiwi gundah
menerobos segenap semangat jendela
penutup jalinan kesaktian perwira tua
mencari sisa nafiri amarah
dendam lalu
sebuah cacatan tebal penghulu
menulis tekun dalam neon purnama gering
jelas tiada iringan gemerlap bintang
menyihir kewarasan
kedangkalan insan bergelar kamil
menuntut murahan kemanusian
dalam kronologi bayangan tenat
-puisiwatan-
puisi jenis ini yang saya mau baca
ReplyDelete:) teruskan membaca jika mata mahu melihat dan akal mahu berfikir...jangan hanya menikmati seribu kepedihan..harus kita memikir sejuta keresahan dalam kebahagian dunia sementara
ReplyDeletepuisi yang terbaik saya rasakan.....
ReplyDeleteboleh kita bertukar link...terima kasih
terima kasih..boleh saja..kita dalam ini punya hala tujuan yang sama .silakan :)
ReplyDeletesekadar bertanya, 'cacatan' tuh merujuk apa? ke 'catatan' ke mmg 'cacatan'
ReplyDelete*2 thumbs up*
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSaudari Kahdijah iya.Cacatan merujuk kritikan yang kurang munasabah, terima kasih atas maklum balas yang berguna untuk saya :)
ReplyDelete